Monday, April 20, 2009

migrain attack

Saya baru menyadari kalau saya punya bakat migrain pada waktu kuliah sarjana di medio Agustus 2004. Waktu itu lagi pusing-pusingnya buat tugas akhir yang sepertinya sangat melenceng dengan jurusan yang saya ambil, Teknologi Pangan. Tapi akibat pemaksaan ide (maksudnya nggak punya ide lagi karena kalau ide sendiri harus biaya sendiri sedangkan saat itu ada tawaran riset dari pembimbing yang menggratiskan dana penelitian, mari kita hajar bleh..begitu), mau tidak mau saya lakoni penelitian yang membuat saya punya symptomps baru itu.

Migrain itu menghantui setiap hari selama kurang lebih satu bulan, dengan instensitas naik turun mengikuti perkembangan kemajuan psikis saya menghadapi penulisan skripsi. Pada saat itu, saya tidak cukup peka untuk tahu kalo ternyata kopi bisa menambah rasa sakit migren, dan ditambah lagi saya ogah mengkonsumsi painkiller untuk migrain.Takut ketergantungan.jadilah saya tetap caffeine addict.

Selepas sarjana, migren tak lagi sering datang, hanya sesekali kalau dalam keadaan underpressure atau kepanasan kena terik matahari. Tapi kalao alasan terakhir rasanya lumayan bisa hilang dengan cukup istirahat, kalo stress hhhmmmm tidak bisa hilang hanya dengan tidur...

hampir lima tahun berlalu, paska penulisan skripsi, saya dihadapkan lagi pada penulisan thesis. Alhamduliah, migren tak lagi menyambangi kepala ini, mungkin karena faktor emosi dan penguasaan terhadap materi penlitian yang lebih greng kayaknya..Saya berpikir, sejatinya sang migren sudah benci pada saya, karena saya bisa tergolong wanita sehat, aktif dan bukan perokok atau minuman beralkohol...Tapi....apadikata

Saat ini sudah hampir 2 minggu, sang migren sedang asik2nya di kepala dengan lokasi yang nomad.HHmmmm, bahkan saat ini sudah stadium agak parah, karena menyerang mata, apalgi bila habis bekerja di depan laptop. Tak ayal, pemicu utama antara lain kondisi ekonomi yang lagi morat-marit akibat subprime mortage, dan daftar hutang yang makin panjang..(seperti Indonesia tentunya).. Tapi sedikit kelegaan, karena hutang yang ditambahkan adalah hutang produktif yang insya Alloh membawa nilai lebih dikemudian hari. Selain hutang, bayang-bayang pendidikan anak sudah di depan mata,mmmmhhh,,,
sudah ada perencanaan kalau anak sebaiknya dapat beasiswa untuk sekolah di stanford, cambridge, john hopkins, atau oxford sekalian, biar ayah bundanya nggak pusing tujuh keliling...

Anyway, saya mensyukuri migren ini.

No comments:

Post a Comment